PERTENTANGAN SOSIAL DAN INTEGRASI MASYARAKAT
A. Perbedaan Kepentingan
Kepentingan
merupakan dasar timbulnya tingkah laku individu. Tingkah laku individu
merupakan cara atau alat dalam memenuhi kepentingannya. Ada 2 jenis
kepentingan dalam diri individu yaitu kepentingan untuk memenuhi kebutuhan
biologis dan sosial/psikologis. Perbedaan kepentingan itu antara lain:
Ø Kepentingan individu untuk
memperoleh kasih sayang.
Ø Kepentingan individu untuk
memperoleh harga diri.
Ø Kepentingan individu untuk
memperoleh penghargaan yang sama.
Ø Kepentingan individu untuk
memperoleh potensi dan posisi.
Ø Kepentingan individu untuk
memperoleh hak dan kewajiban.
Ø Kepentingan individu untuk
membutuhkan orang lain.
Ø Kepentingan individu untuk
memperoleh kedudukan di dalam kelompoknya.
Ø Kepentingan individu untuk
memperoleh rasa aman dan perlindungan diri.
Ø Kepentingan individu untuk
memperoleh kemerdekaan diri
B. Prasangka dan Diskriminasi
Prasangka
dan diskriminasi dua hal yang ada relevansinya. Kedua tindakan tersebut dapat
merugikan pertumbuhan, perkembangan, dan bahkan integrasi masyarakat. Kerugian
prasangka melalui hubungan pribadi dan akan menjalar bahkan melembaga
(turun-temurun). Jadi prasangka dasarnya pribadi dan dimiliki
bersama. Perbedaan terpokok antara prasangka dan diskriminatif adalah
prasangka menunjukkan pada aspek sikap, sedangkan diskriminatif pada tindakan.
Sikap adalah kecenderungan untuk berespons baik secara positif atau negatif
terhadap orang, obyek atau situasi.
Dalam
konteks realitas, prasangka diartikan: “Suatu sikap terhadap anggota kelompok
etnis atau ras tertentu, yang terbentuk terlalu cepat tanpa suatu induksi.
Diskriminatif merupakan tindakan yang realistis”. Dapat disimpulkan bahwa
prasangka itu muncul sebagai akibat kurangnya pengetahuan, pengertian dan fakta
kehidupan, adanya dominasi kepentingan golongan atau pribadi, dan tidak
menyadari atau insyaf akan kerugian yang bakal terjadi. Tingkat prasangka itu
menumbuhkan jarak sosial tertentu di antara anggota sendiri dengan anggota
kelompok luar.
Sebab-sebab terjadinya prasangka:
1. Pendekatan
Historis
Pendekatan
ini berdasarkan teori pertentangan kelas, menyalahkan kelas rendah di mana
mereka yang tergolong kelas atas mempunyai alasan untuk berprasangka terhadap
kelas rendah
2. Pendekatan
Sosiokultural dan Situasional
a) Mobilitas sosial: gerak perpindahan
dari strata satu ke strata sosial lainnya. Artinya kelompok orang yang
mengalami penurunan status akan terus mencari alasan mengenai nasib buruknya.
b) Konflik antara kelompok: prasangka
sebagai realitas dari dua kelompok yang bersaing.
c) Stagma perkantoran: ketidakamanan
atau ketidakpastian di kota disebabkan oleh “noda” yang dilakukan oleh kelompok
tertentu.
d) Sosialisasi: prasangka muncul
sebagai hasil dari proses pendidikan, melalui proses sosialisasi mulai kecil
hingga dewasa.
3. Pendekatan
Kepribadian
Teori ini
menekankan pada faktor kepribadian sebagai penyebab prasangka, disebut dengan
frustasi agresi. Menurut teori ini keadaan frustasi merupakan kondisi yang
cukup untuk timbulnya tingkah laku agresif.
4. Pendekatan
Fenomenologis
Pendekatan
ini ditekankan pada bagian individu memandang atau mempersepsikan
lingkungannya, sehingga persepsilah yang menyebabkan prasangka.
5. Pendekatan
Naïve
Bahwa
prasangka lebih menyoroti obyek prasangka tidak menyoroti individu yang
berprasangka. Prasangka bisa diartikan sebagai suatu sikap yang terlampau
tergesa-gesa berdasarkan generalisasi yang terlampau cepat, sifat berat sebelah
dan dibarengi proses simplifikasi (terlalu menyederhanakan terhadap suatu
realita). Sikap berprasangka jelas tidak adil, sebab sikap yang diambil hanya
berdasarkan pada pengalaman atau apa yang di dengar.
C. Pengertian Etnosentrisme
Etnosentrisme yaitu suatu
kecenderungan yang menganggap nilai-nilai dan norma-norma kebudayaannya sendiri
sebagai sesuatu yang prima, terbaik, mutlak dan dipergunakan sebagai tolak ukur
untuk menilai dan membedakannya dengan kebudayaan lain. Etnosentrisme merupakan
kecenderungan tak sadar untuk menginterpretasikan atau menilai kelompok lain
dengan tolak ukur kebudayaannya sendiri. Sikap etnosentrisme dalam tingkah laku
berkomunikasi nampak canggung, tidak luwes.
D. Konflik dalam
Masyarakat
Konflik
merupakan suatu tingkah laku yang dibedakan dengan emosi-emosi tertentu yang
sering dihubungkan dengannya, misal kebencian atau permusuhan. Konflik dapat
terjadi pada lingkungan yang paling kecil yaitu individu sampai kepada lingkup
yang luas, yakni masyarakat:
a) Pada taraf di dalam diri seseorang,
konflik menunjuk pada adanya pertentangan atau emosi-emosi dan
dorongan-dorongan antagonistic di dalam diri seseorang.
b) Pada taraf kelompok, konflik-konflik
ditimbulkan dari konflik-konflik yang terjadi dalam diri individu dari
perbedaan-perbedaan anggota kelompok dalam tujuan, nilai, norma serta minat
untuk menjadi anggota kelompok.
c) Pada taraf masyarakat, konflik
bersumber pada perbedaan nilai dan norma kelompok dengan nilai dan norma
kelompok lain.
Tipe
konflik ini timbul dari proses-proses yang tidak rasional dan emosional dari
pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Upaya untuk memecahkan konflik selalu
timbul selama berlangsungnya kehidupan suatu kelompok, namun terdapat
perbedaan-perbedaan di dalam sifat dan intensitas konflik pada berbagai tahap
perkembangan kelompok. Adapun cara-cara pemecahan konflik sebagai berikut:
1. Elimination:
Pengunduran diri salah satu pihak yang terlibat di dalam konflik.
2. Subjugation
atau Domination: Orang atau pihak yang mempunyai kekuatan terbesar dapat
memaksa orang atau pihak lain untuk mentaatinya.
3. Majority
Rule: Suara terbanyak yang ditentukan dengan voting, akan menentukan keputusan,
tanpa mempertimbangkan argumentasi.
4. Minority
Consent: Kelompok mayoritas yang menang, namun kelompok minoritas tidak merasa
dikalahkan, dan menerima keputusan serta sepakat untuk melakukan kegiatan
bersama.
5. Compromise
(Kompromi): Kedua atau semua sub kelompok yang terlibat di dalam konflik,
berusaha mencari dan mendapatkan jalan tengah.
6. Integration:
Pendapat-pendapat yang bertentangan didiskusikan, dipertimbangkan, dan ditelaah
kembali sampai kelompok mencapai suatu keputusan yang memuaskan bagi semua
pihak.
Usaha-usaha
untuk menghindari perbedaan-perbedaan dan untuk memendam konflik-konflik, tidak
pernah berhasil dalam waktu yang lama. Kesatupaduan di dalam
perbedaan-perbedaan merupakan suatu nilai yang menghargai perbedaan, yang
menggunakan perbedaan-perbedaan tersebut untuk memperkuat kelompok.
E. PERBEDAAN KEPENTINGAN
Hidup bermasyarakat adalah hidup dengan berhubungan
baik antara dihubungkan dengan menghubungkan antara individu-individu maupun
antara kelompok dan golongan. Hidup bermasyarakat juga berarti kehidupan
dinamis dimana setiap anggota satu dan lainnya harus saling memberi dan
menerima. Anggota memberi karena ia patut untuk memberi dan anggota penerima
karena ia patut untuk menerima. Ikatan berupa norma serta nilai-nilai yang
telah dibuatnya bersama diantara para anggotanya menjadikan alat pengontrol
agar para anggota masyarakat tidak terlepas dari rel ketentuan yang telah
disepakati itu.
Rasa solider, toleransi, tenggang rasa, tepa selira
sebagai bukti kuatnya ikatan itu. Pada diri setiap anggota terkandung makna
adanya saling ikut merasakan dan saling bertanggungjawab pada setiap sikap
tindak baik mengarah kepada yang positif maupun negatif. Sakit anggota
masyarakat satu akan dirasakan oleh anggota lainnya. Tetapi disamping adanya
suatu harmonisasi, disisi lain keadaan akan menjadi sebaliknya. Bukan
harmonisasi ditemukan, tetapi disharmonisasi. Bukan keadaan organisasi tetapi
disorganisasi.
Sering kita temui keadaan dimasyarakat para
anggotanya pada kondisi tertentu, diwarnai oleh adanya persamaan-persamaan
dalam berbagai hal. Tetapi juga didapati perbedaan-perbedaan dan bahkan sering
kita temui pertentangan-pertentangan. Sering diharapkan panas sampai petang
tetapi kiranya hujan setengah hari, karena sebagus-bagusnya gading akan
mengalami keretakan. Itulah sebabnya keadaan masyarakat dan negara mengalami
kegoyahan-kegoyahan yang terkadang keadaan tidak terkendali dan dari situlah
terjadinya perpecahan. Sudah tentu sebabnya, misalnya adanya pertentangan karena
perbedaan keinginan.
Perbedaan kepentingan sebenarnya merupakan sifat
naluriah disamping adanya persamaan kepentingan. Bila perbedaan kepentingan itu
terjadi pada kelompok-kelompok tertentu, misalnya pada kelompok etnis, kelompok
agama, kelompok ideologi tertentu termasuk antara mayoritas dan minoritas.
F. Integrasi Masyarakat dan
Nasional
Integrasi
masyarakat dapat diartikan adanya kerjasama dari seluruh anggota masyarakat,
mulai dari individu, keluarga, lembaga-lembaga, dan masyarakat secara keseluruhan Integrasi
masyarakat akan terwujud apabila mampu mengendalikan prasangka yang ada di
dalam masyarakat, sehingga tidak terjadi konflik.
Dalam
memahami integrasi masyarakat, kita juga mengenal integrasi nasional, yaitu
organisasi-organisasi formal yang melalui mana masyarakat menjalankan
keputusan-keputusan yang berwenang. Untuk terciptanya integrasi nasional, perlu
adanya suatu jiwa, asas spiritual, solidaritas yang besar. Perlu dicari
bentuk-bentuk akomodatif yang dapat mengurangi konflik sebagai akibat dari
prasangka, yaitu melalui 4 sistem:
- Sistem budaya seperti nilai-nilai Pancasila dan UUD 45.
- Sistem sosial seperti kolektiva-kolektiva sosial dalam
segala bidang.
- Sistem kepribadian yang terwujud sebagai pola-pola
penglihatan, perasaan, pola-pola penilaian yang dianggap pola
keindonesiaan.
- Sistem organik jasmaniah, di mana nasion tidak
didasarkan atas persamaan ras.
Untuk mengurangi prasangka ke-4
sistem itu harus dibina, dikembangkan dan memperkuatnya sehingga perwujudan
nasion Indonesia tercapai
Sumber :
0 komentar:
Posting Komentar