-->
Gaya
hidup dan Ideologi
Sejarah Komunitas Punk
Pada kesempatan kali ini saya akan mencoba menjelaskan tentang apa itu punk. Sejarah punk berawal dari merupakan sub-budaya yang lahir
di London, Inggris. Pada awalnya, kelompok punk selalu dikacaukan oleh
golongan skinhead.
Namun, sejak tahun 1980-an,
saat punk merajalela di Amerika, golongan punk dan skinhead seolah-olah
menyatu, karena mempunyai semangat yang sama. Namun, Punk juga dapat berarti jenis musik atau genre
yang lahir di awal tahun 1970-an.
Punk juga bisa berarti ideologi hidup yang mencakup aspek
sosial dan politik. Gerakan anak muda
yang diawali oleh anak-anak kelas pekerja ini dengan segera merambah Amerika
yang mengalami masalah ekonomi dan keuangan yang dipicu oleh kemerosotan moral
oleh para tokoh politik
yang memicu tingkat pengangguran dan kriminalitas yang tinggi. Punk berusaha
menyindir para penguasa dengan caranya sendiri, melalui lagu-lagu dengan musik
dan lirik yang sederhana namun kadang-kadang kasar, beat yang cepat dan
menghentak. Banyak yang menyalahartikan punk sebagai glue sniffer dan
perusuh karena di Inggris
pernah terjadi wabah penggunaan lem berbau tajam untuk mengganti bir yang tak terbeli oleh mereka. Banyak pula yang merusak
citra punk karena banyak dari mereka yang berkeliaran di jalanan dan melakukan
berbagai tindak kriminal. Punk selanjutnya berkembang sebagai buah kekecewaan
musisi rock
kelas bawah terhadap industri musik yang saat itu didominasi musisi rock mapan,
seperti The Beatles,
Rolling
Stone, dan Elvis
Presley. Musisi punk tidak
memainkan nada-nada rock teknik tinggi atau lagu cinta yang menyayat hati.
Sebaliknya, lagu-lagu punk lebih mirip teriakan protes demonstran terhadap
kejamnya dunia. Lirik lagu-lagu punk menceritakan rasa frustrasi, kemarahan,
dan kejenuhan berkompromi dengan hukum jalanan, pendidikan rendah, kerja kasar,
pengangguran serta represi aparat, pemerintah dan figur penguasa terhadap
rakyat. Akibatnya punk dicap sebagai musik rock and roll aliran kiri,
sehingga sering tidak mendapat kesempatan untuk tampil di acara televisi.
Perusahaan-perusahaan rekaman pun enggan mengorbitkan mereka. Namun lebih
tepatnya seorang punk itu mempunyai perilaku yang berbeda. Mereka hanya sebuah
aliran, jadi jiwa dan kepribadiannya akan kembali pada individu masing-masing
”Menurut Dick
Hebdige, memandang punk adalah sebuah subkultur yang menghadapi dua bentuk
perubahan yaitu:
1. Bentuk komoditas, dalam
hal ini segala atribut maupun aksesoris yang dipakai oleh komunitas punk telah
dimanfaatkan industri sebagai barang dagangan yang didistribusikan kepada
konsumen untuk mendapatkan keuntungan. Dulu aksesoris dan atribut yang hanya
dipakai oleh anak punk sebagai simbol identitas, namun kini sudah banyak dan
mudah kita jumpai di toko yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat umum.
2. Bentuk ideologis, komunitas punk mempunyai ideologi yang
mencakup pada aspek sosial dan politik. Dan ideologi mereka dahulu sering
dikaitkan dengan perilaku menyimpang yang dilakukan oleh anak punk. Ada
beberapa perilaku menyimpang itu telah didokumentasikan dalam media massa,
sehingga membuat identitas punk menjadi buruk dipandang sebagai seorang yang
bahaya dan berandalan. Namun walaupun
begitu, nilai-nilai dan eksistensi punk masih dipertahankan sampai sekarang.
Dan dalam artikel
yang pernah kami baca, dalam ”Philosophy
of Punk”, Craig O’Hara (1999) menyebutkan tiga pengertian Punk. Punk sebagai
trend remaja dalam fashion dan musik. Punk sebagai pemula yang punya keberanian
memberontak, memperjuangkan kebebasan dan melakukan perubahan. Punk sebagai
bentuk perlawanan yang “hebat”, karena menciptakan musik, gaya hidup, komunitas
dan kebudayaan sendiri.
B. Faktor yang Mempengaruhi Seseorang Ikut dalam
Komunitas Punk
Banyak
faktor mengapa seseorang ikut dalam sebuah komunitas punk. Antara lain karena
mereka mempunyai sebuah tujuan dan ideologi yang sama. Sehingga mereka mudah
menerima sebuah golongan yang dianggap sebagai sesuatu yang sama, yaitu tujuan
yang ingin di capai. Ada juga yang
tertarik dari motto komunitas punk, yaitu Equality atau persamaan hak. “Aliran Punk lahir karena adanya persamaan terhadap jenis
aliran musik Punk dan adanya gejala perasaan yang tidak puas dalam diri
masing-masing. Sehingga mereka mengubah gaya hidup dengan gaya hidup Punk. Di sisi lain ada juga komunitas punk ini yang mempunyai
kegiatan positif.
Semisal Fery
dan Yudit adalah contoh kecil kenapa mereka harus memilih punk sebagai prinsip
hidup mereka yang berlandaskan DIY (do it yourself ). Mereka besar di
masyarakat yang mengkulturkan penyeragaman selera. Masyarakat yang terlalu
munafik untuk hal-hal yang dianggap ” tabu “. Mereka memberontak dengan setiap
kekuatan yang mereka miliki yaitu memilih etika punk sebagai jalan hidup
mereka. Penampilan mereka dan cara hidup mereka sebagai counter cultur terhadap
penyeragaman selera. Sebagai menusia biasa dan makhluk sosial yang punya
perasaan, mereka memilih punk bukan untuk pelarian semata tapi self difennce
mereka terhadap serangan-serangan pengekangan ekspresi diri ( offence of
cultur mainstream ) , penyeragaman selera, dan cultur budaya ” mapan
“yang di ciptakan oleh mayoritas masyarakat. Fery dan Yudit bukanlah
pemuda-pemuda yang lari dari tanggung jawab. Pemuda yang cengeng ato masih
menjadi benalu bagi orang tua mereka. Dengan etika DIY ( do it yourself
/ berdikari) dan prinsip yang mereka miliki memberikan sesuatu yang berarti
dalam hidup mereka. Fery adalah pemuda yang menjadi tulang punggung keluarga,
ia merantau ke timur indoneisa tepatnya di mataram NTB dan mencari kerja.
sekarang dia bekerja di salah satu instansi pemerintah, sorenya mengambil part
time di usaha temannya. Sedangkan Yudit adalah seorang mahasiswa salah satu
perguruan tinggi di jogja, yang sangat sadar dan sangat mencintai keluarganya.
mereka memilih punk bukan karena terpaksa atau sekedar ikut-ikutan saja, punk
bagi mereka cara menyikapi hidup dengan tidak tergantung kepada orang laen
dengan terjemahan yang sangat sederhana yaitu mandiri. Hari-hari mereka pun tidak selalu berpenampilan punk
saja. Hari biasa mereka berpenampilan layaknya orang normal lainnya. Mereka
mempunyai jadwal yang rutin seminggu sekali, untuk melepas kepenatan dan
bercanda tawa di pinggiran trotoar tiap malam minggu mulai jam 10 malam. Disaat
anak-anak muda yang lain lebih memilih diskotik ato tempat hiburan lainnya.
Mereka memilih jalanan sebagai tempat mereka berbaur bersama dengan
kawan-kawan street punk mataram yang juga masing-masing dari anak-anak punk ini
mempunyai profesi yang berbeda di keseharian mereka. Ada yang bekerja sebagai
karyawan swasta, mahasiswa, tukang sablon, tukang parkir, pelajar dll.
Berdasarkan pengalaman penulis (penulis artikel) ke lokasi dimana mereka sering
nongkrong, ternyata mereka adalah sosok-sosok yang sangat humoris bersahabat
dan cerdas, sangat beda dengan kesan dari luar yang terlihat sangar dan
menyeramkan, perasaan mereka lebih lembut dari salju sekalipun.
Namun ketika
hantaman labelisasi dan pencitraan tak berimbang oleh media juga
golongan masyarakat yang mempunyai ideologi ” mapan ” . Mereka di jadikan
tumbal dari “kegagalan” sistem penerapan budaya normal yang di dengungkan
masyarakat umum dan pemerintah. Sehingga
membuat golongan ini ( punk )
sebagai budaya yang tidak di inginkan karena merupakan budaya impor dari luar.
Hal ini menjadikan mereka menjadi pribadi-pribadi yang terkekang kebebasan
ekspresinya dalam berpenampilan. oleh masyrakat yang menjunjung norma dan adat
istiadat ketimuran. Padahal menjadi punk bukan bagaimana kamu harus mirip
menjadi punk rock star, tapi bagaimana kamu menghilhami diri, menggali potensi
yang ada pede dengan do it yourself yang di pegang. Dan jika di ambil
benang merah dari ” kegagalan ” budaya normal tadi, indikatornya bukan terletak
pada bagiamana cara berpakian anak-anak ini. Tapi kemampuan generasi muda itu
memahami dan menyerap setiap budaya dari luar, dan di terjemahkan ke dalam
ruang berpikir yang luas. Tapi akhirnya kemunafikan masyarakatlah yang tidak
memberikan ruang untuk memberi kebebasan berekspresi. Berpenampilan aneh,
seronok = sesuatu yang tidak baik dan akan di cap sebagai minor personal. Jika
kita berpikir legowo dan mau terbuka dengan lapang dada. Bukankah ” kemandirian
” generasi muda yang menjadi modal awal suatu bangsa, selain faktor yang lain.
C. Potret Kehidupan Anak Punk
Sangat
beraneka ragam kehidupan komunitas punk. Misal seperti yang kami contohkan pada
tulisan diatas. Ada juga komunitas punk ini yang benar-benar hidup dijalanan,
mereka melakukan segala aktifitasnya di jalan. Seperti yang sering kita jumpai saat
ini, hampir tiap kota di perempatan atau pertigaan jalan dan keraimaian pusat
kota kita dapat menjumpai komunitas ini. Mereka tidur dipinggir jalan atau
depan pusat perbelanjaan, mengamen di lampu merah, ada juga yang menjadi polisi
cepek (mengatur jalan). Komunitas anak “Punk” mempunyai aturan sendiri yang
menegaskan untuk tidak terlibat tawuran, tidak saja dalam segi musikalitas
saja, tetapi juga pada aspek kehidupan lainnya. Dan juga komunitas anak “Punk”
mempunyai landasan etika ”kita dapat melakukan sendiri”. Beberapa komunitas
“Punk” di kota-kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta,
dan Malang. Mereka juga merintis usaha rekaman dan distribusi terbatas.
Komunitas tersebut membuat label rekaman sendiri, untuk menaungi band-band
sealiran sekaligus mendistribusikannya ke pasaran. Kemudian berkembang menjadi
semacam toko kecil yang disebut distro. Tak hanya CD dan kaset, mereka juga
memproduksi dan mendistribusikan t-shirt, aksesori, buku dan majalah, poster,
serta jasa tindik dan tatoo. Produk
yang dijual seluruhnya terbatas dan dengan harga yang amat terjangkau. Kemudian
hasil yang didapatkan dari penjualan tersebut, sebagian dipergunakan untuk
membantu dalam bidang sosial, seperti membantu anak-anak panti asuhan, meskipun
mereka tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas. Komunitas “Punk” yang
lain, yaitu distro merupakan implementasi perlawanan terhadap perilaku
konsumtif anak muda pemuja barang bermerk luar negeri.
Namun ada fenomena baru yang dapat kita jumpai pada
komunitas punk saat ini. Yaitu komunitas punk muslim, mereka melakukan kegiatan
mengaji seperti membaca Al-Qur`an dan pengajian yang dilakukan tiap minggu 1
kali pada hari jum`at. Komunitas ini berawal dari sebuah pertunjukan group band
punk. Ada sebuah EO (event
organizer) yang melakukan konser atau pertunjukan band di kampus, mall, dan
sekolah-sekolah. Mereka sering di ajak untuk manggung di sebuah konser
tersebut. Sehingga ada salah satu seseorang EO yang dekat dengan mereka, sebut
saja dia Zaki.
Zaki salah satu orang yang sering bersama anak punk dan
dia telah mengamati perkembangan anak-anak punk yang sering nongkrong di
jalan-jalan ini. Meski Zaki bukan anak jalanan, ia merasa terpanggil untuk
berdakwah di komunitas anak-anak punk."Dulu, saya pernah pernah bandel.
Setidak-tidaknya, saya tahu kehidupan mereka," kilahnya. Di komunitas band
underground itulah, Zaki bertemu dengan (alm) Budi Khaironi, orang yang paling
disegani di komunitas punk tersebut. Sebelum meninggal akibat kecelakan motor
(Maret 2007), Zaki teringat kata-kata yang pernah diucapkan pimpinan komunitas
punk itu: "Bang Zaki, tolong bimbing teman-teman kami (secara
spiritual)." Lalu siapa sesungguhnya Budi Khaeroni (32)? Dia adalah anak
jalanan jebolan pesantren yang terjun ke jalan. Selain ngeband dan mengamen,
Budi pernah menjadi Ketua Panji (Persaudaaran Anak Jalanan Indonesia). Perlu
diketahui, setiap wilayah di Indonesia, mereka punya persaudaraan, komunitasnya
sekitar 5000-an, rata-rata muslim. Jika ada teman-teman yang terjaring trantib,
Budi-lah yang mengurus untuk membebaskan rekannya itu.
"Kalau ikut komunitas mereka di Tangerang,
shalat Jumat, misalnya, khotibnya pun dari kemunitas mereka sendiri, gayanya
metal abis. Termasuk jamaahnya. Memang, nggak semuanya punk, alirannya beragam,
ada yang beraliran regge, alternatif, rap, dan aliran musik lainnya," kata
Zaki. Ternyata Budi tidak sendiri. Ada seorang rekan yang
memiliki misi sama untuk mengisi ladang dakwah ini di tengah komunitas anak
punk. Ia adalah Bowo, anak kiai jebolan pesantren yang juga habis waktunya di
jalan. Sejak itulah, Zaki merasa mendapat dukungan penuh. "Kalau bukan
kita siapa lagi yang akan berdakwah di kalangan anak jalanan. Kalau mau dakwah di
komunitas anak jalanan, elu harus main di jalanan. Jika berdakwah di komunitas
punk, elu tidak bisa pake baju koko, yang menunjukan kesalehan," begitu
Bowo pernah berujar. Sebagai generasi punk yang tobat, Budi dan Bowo merasa
prihatin dan gerah melihat teman-teman yang mengalami disorientasi dalam
hidupnya. "Kini banyak bermunculan generasi punk yang tidak jelas, apakah punk
ideologis atau punk modis. Kalau tahun 1994, banyak punk ideologis. Mereka
benar-benar punk. Sekarang sekadar punk mode," kata Zaki. Keprihatinan
itulah yang mendorong Zaki, Budi dan Bowo menarik anak-anak punk yang sudah
bosan dengan jalan hidupnya. Ngeband dan mengaji adalah kultur baru yang hendak
ditularkan ke generasi punk. Mereka menyebut identitas kelompoknya dengan
sebutan punk Moeslem. Saat ngeband, syairnya pun bernuansakan Islami. Ketika Islam menjadi
basic, mereka mulai malu saat berbuat maksiat.
Komunitas Punk Moslem lahir
karena keprihatinan seorang Budi (alm), akan kondisi pemuda yang berada
dikomunitas Punk, hidup tanpa orientasi (anti kemapanan) dan meninggalkan
agamanya. Punk Moslem itu didirikan sejak Ramadhan 1427 H (2007). Sebelum
berdiri Punk Moslem, Budi sempat mendirikan Warung Udix Band yang berdiri 7
tahun yang lalu dan sempat mengeluarkan album indielabel "Anak
Bayangan". Di Warung Udix, ia merekrut anak-anak punk dan mengajarkan pendidikan
Islam. "Kalau orang bangga dengan kemusrikan dan dosa-dosa yang mereka
lakukan, tapi punk moeslem bangga dengan agama mereka (Islam). Biar mereka anak
jalanan, brutal, tapi anak-anak punk moeslem tetap punya Tuhan. Ketika
teman-teman menamakan dirinya punk muslim, ada sebagian komunitas yang menolak
punk muslim secara tegas. Mereka berkilah, tidak ada tuh anak punk yang punya
tuhan atau ideologis. Setelah ngeband, anak-anak punk merasa ada sesuatu yang
kosong. Sehingga tiap malam Jumat, diadakan pengajian yang bentuknya seperti
mentoring dan beberapa kegiatan lainnya. Mulanya hanya lima anak yang ngaji,
kemudian berkembang menjadi 20 orang, laki-laki dan perempuan. Kini, ngaji bagi
mereka adalah sebuah kebutuhan. Awalnya mereka ada yang atheis. Sampai-sampai
ada yang guyon, ah..gue mau masuk Islam atau Kristen dulu. Karena bagi mereka,
agama bukanlah sesuatu yang sakral. Kalau pas ngamen, cuma dapat Rp. 300,
diantara mereka ada yang teriak: "Allah Maha Pelit". Setelah dibina,
anak itu meyakini Allah itu tidak pelit. Tak ada jalan lain, cara membina
mereka adalah dengan cara mendoktrin. "Ketika anak-anak punk sudah
menganggap ngaji sebagai kebutuhan, mereka mengirim pesan singkat (sms), malam
ini ngaji nggak? Yang jelas, saya tidak ingin mereka merasa sedang diarahkan
untuk masuk sebuah pergerakan atau kelompok harakah tertentu. Saat ini,
pengajian kami memang belum ada namanya. Paling-paling, teman-teman menyebut
pengajian ini pengajiannya punk moeslem." Meski Zaki bekerja di sebuah
lembaga sosial, ia tak diminta untuk berdakwah atas nama institusinya. Secara
pribadi, Zaki merasa terpanggil. Tak sia-siaa, hasil dari dakwah itu, tak
sedikit anak-anak punk yang hijrah dan mulai pandai mengaji. Sebut saja, Lutfie
yang meninggalkan dunia obat dan minuman keras. "Harapan saya ke depan,
mereka dapat menjadi agen perubahan bagi teman-teman yang lain," jelas
Zaki. Bukan rahasia umum, anak jalanan kerap dianggap tidak produktif, bahkan
dicap sampah masyarakat.
Gaya
hidup dan Ideologi
Psikolog
brilian asal Rusia,
Pavel Semenov,
menyimpulkan bahwa manusia memuaskan kelaparannya akan pengetahuan dengan dua
cara. Pertama, melakukan penelitian terhadap lingkungannya dan mengatur hasil
penelitian tersebut secara rasional (sains).Kedua, mengatur ulang lingkungan
terdekatnya dengan tujuan membuat sesuatu yang baru (seni).
Dengan definisi
diatas, punk dapat dikategorikan sebagai bagian dari dunia kesenian. Gaya hidup dan
pola pikir para pendahulu punk mirip dengan para pendahulu gerakan seni avant-garde,
yaitu dandanan nyleneh, mengaburkan batas antara idealisme seni dan
kenyataan hidup, memprovokasi audiens secara terang-terangan, menggunakan para
penampil (performer) berkualitas rendah dan mereorganisasi (atau
mendisorganisasi) secara drastis kemapanan gaya hidup. Para penganut awal kedua
aliran tersebut juga meyakini satu hal, bahwa hebohnya penampilan (appearances)
harus disertai dengan hebohnya pemikiran (ideas).
Punk juga
merupakan sebuah gerakan perlawanan anak muda yang berlandaskan dari keyakinan we can do it ourselves.
Penilaian punk dalam melihat suatu masalah dapat dilihat melalui lirik-lirik
lagunya yang bercerita tentang masalah politik, lingkungan hidup, ekonomi, ideologi,
sosial
dan bahkan masalah agama.
Punk
selanjutnya berkembang sebagai buah kekecewaan musisi rock kelas bawah terhadap
industri musik yang saat itu didominasi musisi rock mapan, seperti The Beatles,
Rolling Stone,
dan Elvis Presley.Musisi
punk tidak memainkan nada-nada rock teknik tinggi atau lagu cinta yang menyayat
hati.Sebaliknya, lagu-lagu punk lebih mirip teriakan protes demonstran terhadap
kejamnya dunia.Lirik lagu-lagu punk menceritakan rasa frustrasi, kemarahan, dan
kejenuhan berkompromi dengan hukum jalanan, pendidikan rendah, kerja kasar,
pengangguran serta represi aparat, pemerintah dan figur penguasa terhadap
rakyat.
Akibatnya punk
dicap sebagai musik rock and roll aliran kiri, sehingga sering
tidak mendapat kesempatan untuk tampil di acara televisi.Perusahaan-perusahaan
rekaman pun enggan mengorbitkan mereka.
Gaya hidup
ialah relatif tidak ada seorangpun memiliki gaya hidup sama dengan lainnya.
Ideologi diambil dari kata "ideas" dan "logos" yang berarti
buah pikiran murni dalam kehidupan. Gaya hidup dan ideologi berkembang sesuai
dengan tempat, waktu dan situasi maka punk kalisari pada saat ini mulai
mengembangkan proyek "jor-joran" yaitu manfaatkan media sebelum media
memanfaatkan kita. Dengan kata lain punk berusaha membebaskan sesuatu yang
membelenggu pada zamannya masing-masing.
Di Indonesia,
istilah anarki,
anarkis
atau anarkisme digunakan oleh media massa untuk menyatakan suatu tindakan
perusakan, perkelahian atau kekerasan massal. Padahal menurut para pencetusnya,
yaitu William Godwin, Pierre-Joseph Proudhon, dan Mikhail
Bakunin, anarkisme adalah sebuah ideologi yang menghendaki
terbentuknya masyarakat tanpa negara, dengan asumsi bahwa negara adalah sebuah
bentuk kediktatoran legal yang harus diakhiri.
Negara
menetapkan pemberlakuan hukum dan peraturan yang sering kali bersifat
pemaksaan, sehingga membatasi warga negara untuk memilih dan bertanggung jawab
atas pilihannya sendiri. Kaum anarkis berkeyakinan bila dominasi negara atas
rakyat terhapuskan, hak untuk memanfaatkan kekayaan alam dan sumber daya
manusia akan berkembang dengan sendirinya. Rakyat mampu memenuhi kebutuhan
hidupnya sendiri tanpa campur tangan negara.
D. Dampak terhadap Generasi Remaja
Mungkin kalau kita perkirakan umur remaja berkisar antara
13 tahun sampai dengan 25 tahun. Pembatasan umur ini tidak mutlak, dan masih
bisa diperdebatkan.
Masa remaja memiliki beberapa ciri yang harus di ketahui :
No
|
Ciri-ciri
|
Keterangan
|
1.
|
Pertumbuhan Fisik
|
Pertumbuhan fisik
mengalami perubahan yang sangat cepat dari pada masa anak-anak. Masa ini
remaja membutuhkan keseimbangan pertumbuhan sehingga mereka menjadi banyak
makan. Perkembangan fisik ini jelas terlihat pada tungkai, tangan, kaki,
otot-otot tubuh berkembang, sehingga tubuh mereka terlihat tumbuh tinggi.
Tetapi kepalanya masih mirip anak-anak.
|
2.
|
Perkembangan Seksual
|
Tanda-tanda perkembangan seksual pada anak laki-laki diantaranya: alat
produksi spermanya mulai berproduksi, ia mengalami masa mimpi yang pertama
tanpa sadar mengeluarkan sperma. Yang dilanjutkan dengan ciri lainnya yaitu,
mempunyai jakun, dsb.
Sedangkan pada perempuan bila rahimnya sudah bisa dibuahi maka
mendapatkan menstruasi (datang bulan) yang pertama. Buah dada mulai
membesar karna timbunan lemak, pinggul melebar, dsb.
|
3.
|
Cara Berfikir
Kausalitas
|
Seorang remaja mulai berfikir tentang hubungan sebab akibat. Maka ketika
remaja dilarang orang tua untuk berbuat sesuatu mereka akan berfikir dan
kemudian akan bertanya alasannya, mereka bisa menurut atau menentang apa yang
menjadi alasan orang tuanya.
|
4.
|
Emosi yang
Meluap-luap
|
Keadaan emosi masih labil karena erat hubungannya dengan keadaan hormon.
Emosi remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri mereka dari pada pikiran
yang realistis.
|
5.
|
Mulai Tertarik
pada Lawan Jenisnya
|
Secara biologis manusia terbagi atas dua jenis, yaitu laki-laki dan
perempuan. Pada masa ini remaja sudah mempunyai rasa daya tarik terhadap
lawan jenisnya.
|
6.
|
Menarik Perhatian
Lingkungan
|
Pada masa ini remaja mulai mencari perhatian dari lingkungannya, untuk
mendapatkan sebuah status dan peranan seperti remaja-remaja yang lainnya.
|
7.
|
Terikat Dengan
Kelompok
|
Remaja dalam kehidupan sosial sangat tertarik kepada kelompok sebayanya
sehingga tidak jarang orang tua di nomor duakan, dan kelompoknya dinomor
satukan. Kelompok sebenarnya tidak berbahaya asal saja kita bisa
mengarahkannya. Sebab kelompok itu kaum remaja dapat memenuhi kebutuhannya,
misalnya kebutuhan dimengerti, kebutuhan dianggap, kebutuhan diperhatikan,
kebutuhan mencari pengalaman baru, kebutuhan harga diri, kebutuhan rasa aman,
yang belum tentu dapat diperoleh dirumah maupun disekolah.
|
Dan seperti yang telah dijelaskan diatas, ada empat faktor lingkungan yang mempengaruhi remaja:
1. Lingkungan keluarga.
Keluarga sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan remaja.
Kasih sayang orang tua dan anggota keluarga yang lain akan memberi dampak dalam
kehidupan mereka. Demikian pula cara mendidik dan contoh tauladan dalam
keluarga khususnya orang tua akan sangat memberi bekasan yang luar biasa.
Seorang remaja juga memerlukan komunikasi yang baik dengan orang tua,
karena ia ingin dihargai, didengar dan diperhatikan keluhan-keluhannya. Dalam
masalah ini, diperlukan orang tua yang dapat bersikap tegas, namun akrab
(friendly). Mereka harus bisa bersikap sebagai orang tua, guru dan sekaligus
kawan. Dalam mendidik anak dilakukan dengan cara yang masuk akal (logis), mampu
menjelaskan mana yang baik dan mana yang buruk, melakukan pendekatan persuasif
dan memberikan perhatian yang cukup. Semua itu tidak lain, karena remaja
sekarang semakin kritis dan wawasannya berkembang lebih cepat akibat arus
informasi dan globalisasi.
2. Lingkungan Sekolah
Sekolah adalah rumah kedua, tempat remaja memperoleh
pendidikan formal, dididik dan diasuh oleh para guru. Dalam lingkungan inilah
remaja belajar dan berlatih untuk meningkatkan kemampuan daya pikirnya. Bagi
remaja yang sudah menginjak perguruan tinggi, nampak sekali perubahan
perkembangan intelektualitasnya. Tidak hanya sekedar menerima dari para
pengajar, tetapi mereka juga berfikir kritis atas pelajaran yang diterima dan
mampu beradu argumen dengan pengajarnya.
Dalam lingkungan sekolah guru memegang peranan yang
penting, sebab guru bagaikan pengganti orang tua. Karena itu diperlukan guru
yang arif bijaksana, mau membimbing dan mendorong anak didik untuk aktiv dan
maju, memahami perkembangan remaja serta seorang yang dapat dijadikan tauladan.
Guru menempati tempat istimewa di dalam kehidupan sebagian besar remaja. Guru
adalah orang dewasa yang berhubungan erat dengan remaja. Dalam pandangan
remaja, guru merupakan cerminan dari alam luar. Remaja percaya bahwa guru
merupakan gambaran sosial yang diharapkan akan sampai kepadanya, dan mereka
mengambil guru sebagai contoh dari masyarakat secara keseluruhan. Dan remaja
menyangka bahwa semua orang tua, kecuali orang tua mereka, berfikir seperti
berfikirnya guru-guru mereka.
3. Lingkungan
teman pergaulan.
Teman sebaya adalah sangat penting sekali pengaruhnya
bagi remaja, baik itu teman sekolah, organisasi maupun teman bermain. Dalam
kaitannya dengan pengaruh kelompok sebaya, kelompok sebaya mempunyai peranan
penting dalam penyesuaian diri remaja, dan bagi persiapan diri di masa
mendatang. Serta berpengaruh pula terhadap pandangan dan perilakunya. Sebabnya
adalah, karena remaja pada umur ini sedang berusaha untuk bebas dari keluarga
dan tidak tergantung kepada orang tua. Akan tetapi pada waktu yang sama ia
takut kehilangan rasa nyaman yang telah diperolehnya selama masa
kanak-kanaknya.
4. Lingkungan dunia luar
Merupakan lingkungan remaja selain keluarga, sekolah dan
teman pergaulan, baik lingkungan masyarakat lokal, nasional maupun global.
Lingkungan dunia luar akan memperngaruhi remaja, baik secara langsung maupun
tidak langsung, baik itu benar maupun salah, baik itu islami maupun tidak.
Lingkungan dunia luar semakin besar pengaruhnya disebabkan oleh faktor-faktor
kemajuan teknologi, transportasi, informasi maupun globalisasi.[8]
Pada masa remaja, emosi masih labil, pencarian jati diri
terus menuntut untuk mencari apa potensi yang ada di dalam diri masing-masing.
Pada masa inilah seseorang sangat rapuh, mudah terpengaruh oleh lingkungan
sekitar. Seiring dengan pesatnya perkembangan scane punk yang ada di Indonesia,
komunitas punk mampu menyihir remaja Indonesia untuk masuk ke dalam komunitas punk.
Tetapi tidak semua remaja Indonesia tertarik dengan apa yang ada di dalam punk
itu sendiri. Sebagian remaja di Indonesia hanya mengkonsumsi sedikit yang ada
di dalam punk. Contoh kecil, seorang remaja berpakaian ala punk, tetapi dia
tidak idealis, dia tidak menganut paham ideologi punk, dia juga suka musik
cengeng yamg lembut bak seorang bayi yang baru keluar dari rahim ibunya. Dari
contoh kecil tersebut, komunitas punk masih bisa dibilang sangat berpengaruh
terhadap perilaku remaja Indonesia, bahkan bisa dibilang mempunyai andil dan
bertanggung jawab terhadap kebebasan berekspresi remaja Indonesia. Keterangan
diatas dapat kita simpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi seorang
remaja ikut dalam komunitas punk. Maka peran orang tua dan lingkungan mereka
sangatlah berpengaruh untuk membentuk kepribadian seseorang.
Sumber:
0 komentar:
Posting Komentar